Anastesi Preparing

                                                                               ANASTESI

Pendahuluan


        Anastesi, menurut arti katanya, adalah hilangnya rasa sakit. Dalam perkembangannya kemudian, hilangnya rasa sakit saja oleh pemberian obat anastesi lokal, disebut analgesi. Anastesi regional, yang memberikan analgesi, adalah hilangnya sensasi akibat hambatan reversibel dari persepsi atau transmisi sakit yang disebabkan pemberian obat anastesi untuk sebagian anggota badan.
     Obat anastesi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit, namun juga menghilangan kesadaran. Dalam perkembangan lebih lanjut, untuk operasi-operasi daeraha tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi berjalan dengan lancar. Karena obat anastesi umum ini mempunyai beberapa efek samping yang dapat berbahaya bagi penderita, baik pada saat operasi maupun sesudahnya, maka diperlukan pengetahuan tentang fisiologi beberapa organ tubuh yang dipengaruhi anastesi. Juga diperlukan tambahan obat-obat lain sebelu dan selama pembiusan umum dilakukan, untuk mepercepat akibat yang diinginkan dan atau mengurangi reaksi yang tidak diinginkan. Obat-obat terakhir ini disebut sebagai premedikasi anastesi. 
      Anastesi basal adalah suatu tingkat anastesi yang disebabkan oleh obat-obat premedikasi; penderita telah tidak sadar namun belum cukup untuk memulai operasi. selain istilah anastesi, kita juga mengenal beberapa istilah lai yang berkaitan erat hubungannya dengan hilangnyna rasa sakit atau kesadaran.
      Hipnosis adalah suatu keadaan tidur oleh depresi sedang susunan saraf pusat (SSP), sedangkan sedasi adalah keadaan yang lebih ringan dari hipnosis; penderitanya tenang. Narkosis adalah analgesi dengan tidur yang dalam, namun dalam praktek istilah narkosis diartikan sebagai anastesi umum.
 
Pengertian Anastesi Lokal

         Anastesi lokal adalah anastesi yang diperoleh dengan menaburkan, mengoles, menyemprot atau menyuntikkan obat anastesi lokal pada atau sekeliling daerah tertentu, dengan akibat analgesi tanpa menghilangkan kesadaran.
       Efek dari anastesi yang diperoleh dapat berupa anasteis perineural dengan menyuntik obat sekeliling saraf sehingga kontak dengan saraf, atau anastesi intraneural yang didapat dengan enyuntik obat langsung ke dalam sarafnya.

Persiapan Pasien Untuk Anastesi Umum

     Pada umumnya, persiapan anastesi diawali dengan persiapan psikologis/mental bagi pasien yang akan diberikan obat anastesi. Serta pemberian obat-obat yang dipilih untuk tujuan tertentu sebelum induksi dimulai.  
     Kedua macam inilah yang sebenarnya dikatakan premedikasi . Dengan Premedikasi ini diharapkan pada saat memasuki prabedah, pasien akan bebas dari rasa cemas, cukup mengalami sedasi namun cukup muadah dibangunkan dan kooperatif. Hewan haruslah dalam keadaan yang cukup baik untuk menerima anastesi umum dan bebas dari penyakit-penyakit serius lain, terutama penyakit jantung, saluran pernafasan dan penyakit darah. Demam tinggi harus diturunkan terlebih dahulu secara intensif.
    Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan, terutama untuk operasi yang tidak bersifat darurat, harus dilakukan. Untuk operasi-operasi terencana, puasa telah dimulai 4-24 jam, tergantung dari spesies dan besarnya hewan, sebelum waktu operasi. 

Pemberian Premedikasi
        
         Obat-obat premedikasi, biasanya dalam kombinasi, diberikan untuk memperoleh satu atau lebih akibat-akibat berikut : sedasi, tidur, tenang, anstesi basal, amnesi, analgesi, mengurangi sekresi ludah, menghambat mual-muntah, dan menghambat refleks vagus.

Stadium Anastesi

Gejala-gejala yang diperlihatkan pasien akibat pemberian anastesi umum, mulai dari saat pemberian sampai tercapainya tingkat pemeliharaan (maintenance), tingkat pemulihan (recovery), ataupun tingat keracunan 9intoxication), tidaklah sama. Ketidaksamaanitu disebabkan oleh efek hambatan susunan saraf pusat yang tidak terjadi sekaligus, melainkan secara bertahap. Gejala yang dinyatakan dalam stadium lebih jelas terlihat melalui pemberian eter secara inhalasi, seperti diuraikan oleh Guendel.

1. Stadium I (Induksi) Dimulai dari saat pemberian eter sampai hilangnya kesadaran. Rasa sakit menghilang sedikit.

2. Stadium II (Delirium/Eksitasi)

Dimulai dari akhir stadium I sampai awal stadium III. Pasien gelisah, berontak, pernafasan tidak teratur. Tonus otot rangka meninggi, muntah, hipertensi, dan takikardi. Pupil menunjukan midriasis. Stadium ini sangat berbahaya sehingga harus cepat dilalui.

3. Stadium III (Pembedahan)

Dimulai dari gejala pernafasan yang telah teratur. Refleks kelopak mata menghilang; anggota gerak dapat digerakkan dengan bebas tanpa perlawanan. Gerakan bola mata yang liarmerupakan tanda spesifik mulainya stadium III ini. Stadium III terbagi lagi atas beberapa plane.

Plana 1: Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna (tonus otot mulai menurun).
Plana 2: Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi.
Plana 3: Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun).
Plana 4: Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfingter ani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).

4. Stadium IV (Stadium Paralisis Medulla Oblongata), sering juga disebut Stadium kelebihan obat. Pada stadium ini, terjadi kelemahan pada pernapasan perut serta terjadi henti napas sampai henti jantung. 

 

OBAT-OBAT ANASTESI UMUM

Golongan Inhalasi

1. Eter, Obat golongan inhalasi yang populer adalah eter, walaupun kini telah jarang digunakan karena efek sampingnya yang tidak menyenangkan pada stadium induksi, timbulnya keluhan-keluhan gastrointestinal, dan mudah terbakar. Eter juga akan meningkatkan kadar gula darah. Keuntungannya adalah stadiumnya jelas, batas keamanannya lebar, dan boleh dikatakan hanya berakibat kepada penekanan susunan saraf pusat tanpa pengaruh berarti terhadap organ lain.

2. Halotan, merupakan obat inhalasi yang poten. Efek hipnotiknya baik, relaksasi otot cukup, dan baik untuk hewan yang menderita spasme saluran pernafasan bagian atas serta kelainan jantung, namun kurang baik untuk ginjal yang terganggu.

3. Kloroform, tidak digunakan lagi karena sangat toksik terhadap jantung dan hati.

Golongan Intravena

     Obat-obat golongan ini diberikan untuk mempercepat dilaluinya stadium induksi dan menghindarkan muntah. Baik diberikan untuk hewan yang menderita penyakit pernafasan dan berumur tua, operasi yang singkat dan pada klinik yang tidak memiliki fasilitas anastesi yang memadai. Karena tidak melalui pernafasan, maka efek polusinya terhadap para petugas sangat minimal. Karena bekerja dengan cepat maka stadium anastesinya urang terkontrol. Relaksasi otot kurang baik dengan obat ini. Selain itu reaksi alergi dapat muncul.

1. Barbiturat, obat ini lebih tepat sebagai hipnotik karena efeknya terhadap sensorik lemah. Kerja anastesi barbiturat diperkuat dengan pemberian glukosa dan laktat.

2. Natrium tiopental, Obat ini disuntik selambat mungkin. Pemberian yang relatif cepat akan menekan pusat vasomotor sehingga menimbulkan shock. Sekali pemberian dapat bertahan sampai 30 menit dan dapat diulang sampai mencapai waktu 4 jam. Obat ini hanya menekan pusat pernafasan; secara umum batas keamanannya tingi karena cepat didetoksikasi. Karena bekerja cepat dan tidak lama, maka untuk operasi-operasi besar, obat ini lebih baik diberi untuk induksi saja, untuk kemudian dilanjutkan denga pemberian obat inhalasi.

3. Ketamin, Obat yang terdapat dalam konsetrasi 5 atau 10% ini merupakan analgesik  yang kuat dan hipnotik ringan. Menyebabkan halusinasi dan disorientasi pasca-anastesi, yang dapat dikurangi dengan pemberian obat golongan transquilizer minor atau mayor, atau pemberian anastesi inhalasi. Terhadap sistem kardiovaskuler, obat ini akan menyebabkan hipertensi dan takikardi. Perdarahan yang terjadi juga akan lebih banyak. Terhadap sistem pernafasan, akan menyebabkan bronkhodilatasi dan meningkatkan sekresi ludah/lendir. Terhadap sistem metabolisme, akan meningkatkan kadar gula darah.

4. Xylazin (Rompun), Xylazin tersedia dalam bentuk serbuk siap larut. Larutan yang lazim adalah 1,2, dan 10 %. Xylazin merupakan obat anastesi umum yang poten pada ruminansia (0.05-0.2 mg/kg bb). Sedangkan untuk kuda (2mg/kg bb), obat ini hanya bersift sedatif walaupun dosisnya dinaikkan. Obat ini juga efektif digunakan pada hewan kecil seperti anjing dan kucing (2-4 mg/kg bb) untuk keperluan operasi minor dan mayor (kecuali daera kepala). Hipnosis dan relaksasi otot yang ditimbulkannya amat baik, tetapi analgesinya agak kurang dalam. Karena itu, kombinasi dengan obat lain seperti ketamin akan meningkatkan efek analgesik secara memuaskan. Xylazin dapat menyebabkan hipersalivasi da muntah, hipotensi dan bradikardi. Untuk mengatasi hal ini dapat diberikan atropin secra subkutan dengan dosis 0.50-0.10 mg/kg bb 10 menit sebelum injeksi xylazin. Kombinasi dengan ketamin juga dapat meniadakan muntah, hipotensi dan bradikardi. Xylazin merupakan obat anastesi/sedatif yang aman karena safety margin-nya lebar. Bila terjadi kelebihan dosis, atau jika hendak mengakhiri sedasi yang ditimbulkannya, dapat diberikan yohimbin yang merupakan antidota spesifik bagi xylazin.

 

PELAKSANAAN ANASTESI UMUM

1. Siapkan alat-alat yang diperlukan untuk menguasai hewan.

2. Siapkan obat-obat untuk live saving, kalau sewaktu-waktu diperlukan.

3. Sediakan dan berikan obat premedikasi.

4. Pilih cara dan obat untuk anastesi umum. 

 

MEDIKASI PASCA ANASTESI

       Setelah anastesi juga diperlukan obat-obat tertentu, untuk mengurangi rasa sakit setelah efek obat anastesinya menghilang. Untuk maksud itu dapat diberikan morfin atau analgetika lainnya.

Comments

Popular Posts